MALANG – Dalam rangkaian Dies Natalis ke-40, Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Malang (FEB Unisma) menggelar Business Online Talk bertajuk Inovasi Fintech Syari’ah untuk Kebangkitan Ekonomi di Era Disruption, pada Selasa (23/3/2021).
Acara ini mendatangkan Sekjen Asosiasi Fintech Syariah Indonesia (AFSI), Dr Muhamad Ismail dan Kepala Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Malang, Sugiarto Kasmuri.
Dekan FEB Unisma, Nur Diana, dalam sambutannya mengatakan bahwa di usia 40 tahun ini, FEB Unisma senantiasa berkontribusi dalam meningkatkan literasi keuangan bagi akademisi, mahasiswa, dan masyarakat.
Lanjut dia, Berbagai kegiatan tridarma senantiasa dilakukan untuk memberikan transfer knowledge dan skill dari berbagai bidang ilmu sesuai dengan isu terkini. Kali ini, FEB Unisma mengupas inovasi fintech syariah untuk kebangkitan ekonomi di era disruption.
“Berbicara tentang fintech, tentunya ini merupakan hal yang tidak asing, dengan kemajuan technologi di era revolusi industry 4.0, didukung juga dengan pengguna internet yang demikian tinggi, tentunya semuanya sangat dimudahkan dengan adanya kemajuan technologi,” ujarnya.
“Begitupula di dalam kegiatan ekonomi, kita seperti layanan perbankan, layanan keuangan, dan sekarang di bidang keuangan syariah pun sudah berkembang financial technology yang berbasis syariah,” imbuhnya.
Diana menambahkan, industri keuangan syariah perkembangannya semakin maju dan pesat. “Apalagi Bapak Wakil Presiden, Kyai Makruf Amin, juga sangat berharap adanya kemajuan ekonomi Indonesia di dukung oleh perkembangan keuangan syariah,” bebernya.
“Layanan fintech syariah sudah mengarah kepada pembayaran, peminjaman, dan investasi yang berbasis syariah. Maka dari itu, perlu adanya dukungan lembaga filantropis Islam seperti zakat, wakaf, infaq, dan sedekah untuk mendapatkan support bidang teknologi agar dalam pemanfaatannya bisa mendorong bagaimana masyarakat semakin banyak terlibat dalam ekonomi syariah yang dapat mempercepat pemulihan ekonomi,” imbuhnya.
Sementara itu, Muhamad Ismail mengatakan bahwa ketika berbicara fintech, ada sesuatu yang mendahului industri fintech ini, yakni pergerakan atau pertumbuhan internet dan mobile devices.
“Kita semua sangat bergantung dengan handphone, koneksi internet dimana-mana, sehingga perkembangan di internet, di aplikasi menjadi tonggak awal dimana inovasi dihampir segala bidang terjadi termasuk di sektor keuangan, karena adanya technologi yang tumbuh luar biasa, lalu melahirkan potensi inovasi dari sisi bisnis model,” jelasnya.
“Model bisnis fintech di Indonesia seperti dimulai dari payment, inovasi keuangan digital, peer to peer landing, equity crowdfunding,” imbuhnya.
Dia juga memaparkan beberapa ekosistem fintech syariah yaitu start-up fintech syariah, Bank Indonesia dan Otoritas Jasa Keuangan, Dewan Syariah Nasional (DSN-MUI), Komite Nasional Ekonomi dan Keuangan Syariah (KNEKS), perbankan syariah dan keuangan syariah, institusi pendidikan, komunitas muslim, penyedia jasa technologi, dan lainnya.
Sementara itu, Sugiarti Kasmuri membeberkan dampak pandemi bagi UMKM. “Dengan adanya pandemi, sisi penawaran dan sisi permintaan UMKM mengalami dampak yang luar biasa, karena konsumsi masyarakat menurun, supply chain terganggu baik dari sisi material, distribusi, dan lain sebagainya,” jelasnya.
“Tentu ini menjadi satu tantangan tersendiri, bahwa di dalam finance forum 2020, masih ada gap 165 trilyun UMKM yang belum mendapatkan pembiayaan dan tentu ini menjadi suatu peluang bagi fintech P2PL dengan berbagai macam cara seperti lender yang aktif di fintech P2PL mengenakan persyaratan yang lebih rendah dari akses kredit lain, penggunaan big data, dan analytics dari P2PL membantu identifikasi risiko dan return dari pinjaman kepada UMKM dengan lebih akurat dan proses peminjaman di fintech P2PL sangat cepat sehingga menbantu UMKM yang membutuhkan akses pendanaan bagi operasi yang terdampak corona virus,” pungkasnya.(ads)