MALANG – Relawan COVID-19, dr Tirta Mandira Hudhi, yang populer dikenal dengan nama dr. Tirta mengungkapkan, selama ini banyak terjadi salah kaprah dalam sengkarut informasi mengenai COVID-19. Mulai dari informasi hoaks, stigma negatif, hingga salah paham atau missleading.
Hal ini, menurut dia berdampak pada ‘trust issues’ (kepercayaan masyarakat) terhadap vaksinasi. Padahal pemerintah sedang menggalakkannya.
Sehingga gelombang anti-vaksin justru meluas. Terlebih, dia juga sangat menyayangkan buruknya gaya komunikasi pejabat pemerintah terkait vaksinasi.
”Banyak missleading soal vaksin. Karena vaksin bukan obat. Vaksin itu untuk memperkuat antibodi tubuh. Meski sudah vaksinasi, tetep harus disiplin prokes. Pakai masker, jaga jarak dan cuci tangan,” tegasnya dengan gaya ceplas-ceplos khasnya.
Tirta mengungkapkan hal tersebut dalam acara Webinar Nasional bertajuk ‘Kesehatan dan Ekonomi Nasional Pasca-Vaksinasi’, Sabtu (23/1/2021).
Penyelenggara webinar tersebut, Tugu Media Group, perusahaan media yang membawahi tugumalang.id (partner kumparan.com) dan tugujatim.id bersama Climate Change Frontier (CCF).
Turut mendukung Webinar Nasional ini, Komite Penanganan COVID-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional (KPCPEN), Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Malang, Synchronize Management, Wira-Wiri Entertaiment, dan Manusia Peduli Lingkungan (MPL) 8320. Pada kesempatan tersebut, turut pula mengikuti webinar, Wali Kota Malang, Sutiaji.
Tirta juga menyoroti terkait arus informasi di media utama yang memberitakan bahwa seolah-olaj terapi menggunakan plasma konvalesen adalah jalan keluar. Bisa menyembuhkan dengan tingkat kesembuhannya mencapai 90 persen.
Padahal, menurut Tirta, terapi tersebut masih butuh serangkaian tahapan uji klinis karena ilmuwan lebih banyak meragukan terapi itu.
”Terapi ini masih tahap uji klinis, di Indonesia masih belum memakainya. Percaya secara ilmiah dalam penggunaan, bisa-bisa malah memperparah COVID-19,” lanjut lelaki berusia 29 itu.
Oleh karena itu, dr. Tirta mengimbau untuk semua orang agar berhat-hati dalam mengeluarkan pernyataan terkait COVID-19. Apalagi, di tengah kondisi kritis seperti ini.
“Hati-hati saat buat statement. Jangan sampai ada ‘missleading’. Media gampang mengorengnya dan malah gak kelar-kelar ini pandemi. Hati-hati, apalagi di tengah kondisi kritis kayak gini,” ingatnya.