MALANG – Universitas PGRI Kanjuruhan Malang (Unikama) patut berbangga. Pasalnya, dosen sekaligus Dekan Fakultas Peternakan (Fapet) Unikama, Dr Ir Enike Dwi Kusumawati SPt MP IPM, didapuk menjadi salah satu Keynote Speaker International Conference on Agriculture, Animal Sciences and Food Technology (ICAFT) 2021, yang diselenggarakan oleh Universiti Sultan Zainal Abidin (UniSZA) Terengganu, Malaysia.
Menurut Enike, dia memberikan paparan tentang efektivitas teknologi pemisahan spermatozoa X dan Y menggunakan sumber daya lokal dalam mendukung ketahanan pangan.
“Perkembangan bioteknologi di bidang reproduksi ternak kini telah mengalami berbagai peningkatan diantaranya adalah teknologi pemisahan spermatozoa pembawa kromosom X dan Y,” ujarnya.
Teknologi ini, lanjut dia, bertujuan untuk memperkirakan jenis kelamin anak yang dilahirkan sehingga dapat disesuaikan dengan permintaan pasar.
Dengan demikian, peternak bisa menentukan jenis kelamin pedet sebelum pedet tersebut lahir menggunakan teknologi inseminasi buatan dengan semen sexing.
Inseminasi buatan dengan semen sexing merupakan penerapan dengan menggunakan spermatozoa yang sudah dipisahkan kromosomnya (kromosom X dan kromosom Y), sehingga jenis kelamin ternak yang akan dilahirkan bisa ditentukan sejak awal.
“Ada juga metode lain yang dapat dilakukan antara lain adalah dengan kolum albumen. Penggantian bahan ini dapat lebih ekonomis jika dibandingkan dengan metode pemisahan lain. Metode ini lebih murah, valid, lebih mudah dihasilkan, dan diaplikasikan. Cara ini mudah diterapkan, mudah didapat, dan terjangkau,” paparnya.
Pemisahan spermatozoa dengan metode sedimentasi putih telur didasarkan pada perbedaan motilitas spermatozoa X dan Y. Metode ini didasarkan atas perbedaan motilitas sperma X dan Y sebagai implikasi dari perbedaan massa dan ukuran.
“Spermatozoa sapi hasil seleksi dengan kolom albumin telah berhasil dibekukan dan dapat dilakukan secara komersial. Keberhasilan inseminasi buatan dengan sexing semen menunjukkan hasil yang menggembirakan bahwa jenis kelamin ternak yang dihasilkan sesuai dengan harapan. Sehingga dapat disimpulkan bahwa pemisahan spermatozoa X dan Y menggunakan sumber daya lokal dapat efektif dalam mendukung ketahanan pangan,” tambahnya.
Rupanya, banyak sekali yang mempertanyakan seberapa besar hasil dari inseminasi dengan sumber daya lokal ini.
“Jadi ada beberapa pertanyaan tentang tingkat keberhasilan aplikasi spermatozoa sexing di Indonesia menggunakan sedimentasi putih telur. Sebenarnya, hasil sexing spermatozoa menggunakan sedimentasi putih telur telah diaplikasikan di lapangan dan keberhasilannya sangat bagus dan dapat diterima oleh industri,” ujarnya.
Dia juga menerangkan, berbagai penelitian terkait teknologi pemisahan spermatozoa X dan Y telah dia lakukan sejak tahun 2006 hingga sekarang. Dia juga bekerja sama dengan Fakultas Peternakan Universitas Brawijaya, Balai Besar Inseminasi Buatan Singosari Malang, Lokal Penelitian Sapi Potong Grati Pasuruan, dan PT Widodo Makmur Perkasa.
Lebih lanjut, dalam jangka panjang, Fapet Unikama mengagendakan kolaborasi riset bersama dengan berbagai pihak. Demikian pula dengan Faculty of Bioresources & Food Industry, UniSZA Terengganu, Malaysia.
“Saat ini Fapet Unikama terus memacu dosen dan mahasiswanya untuk terus berkarya serta terus berinovasi dalam pendidikan dan penelitian, serta mengaplikasikan hasil-hasil penelitiannya di masyarakat maupun industri,” tutupnya.
Diketahui, Seminar Internasional tersebut diadakan pada tanggal 2-3 Maret 2021 secara virtual via WEBEX Event. Bertema Agricultural Innovation for Prosperity & Food Security, kegiatan ini diikuti oleh 141 peserta dari berbagai negara antara lain Pakistan, Thailand, Mexico, India, Malaysia, Indonesia, serta negara lainnya.(ads)
Reporter: Feni Yusnia
Editor: Lizya Kristanti