MALANG, Tugumalang.id – Program Studi (Prodi) D3 Teknologi Elektronika, Fakultas Vokasi menjadi salah satu jurusan yang banyak diminati calon mahasiwa yang mendaftar di Universitas Muhammadiyah Malang (UMM).
Ketua Program Studi D3 Teknik Elektronika, Ir Diding Suhardi MT menerangkan, jurusan ini akan terus menjadi primadona. Selain memiliki segmen sendiri, peluang kerjanya juga luas. Hampir semua bidang kerja di lapangan membutuhkan lulusan teknik elektronika.
Tak heran, lulusan D3 Teknik Elektronika Vokasi UMM sudah berkiprah di berbagai bidang. Mulai bidang otomasi industri, makanan, perhotelan maupun telekomunikasi.
Baca Juga: Teken MoU dengan Dea Bakery, Vokasi UMM Dorong Lulusan Berani Jadi Entreprenur
“Jurusan Teknik Elektronika punya segmen sendiri baik mahasiswa maupun tenaga kerjanya. Dari situ, banyak yang memilih jurusan ini karena lapangan kerjanya juga banyak,” terangnya.
Diakui Diding, prodi ini memang fokus membekali mahasiswa dengan keterampilan dan keahlian bidang teknik elektronika. Mulai dari sistem tenaga listrik, elektronika, sistem kontrol industri, sistem telekomunikasi, dan sistem jaringan komputer dan informatika.
“Hampir di semua bidang ada, kerja di rumah sakit pun, alumni kita ada. Karena cakupan kerja lulusan elektronika berkaitan dengan kelistrikan, bahkan persoalan softwarenya, juga bisa dia kerjakan,” jelasnya.
Baca Juga: Teken MoU dengan Dea Bakery, Vokasi UMM Dorong Lulusan Berani Jadi Entreprenur
Apalagi, pengembangan prodi ini cenderung mengarah pada elektronika industri mekatronika maupun otomasi industri. Tentunya, ini menjadi keunggulan tersendiri bagi D3 Teknik Elektronika Fakultas Vokasi UMM. Apalagi, prodi ini juga getol mengembangkan teknologi tinggi di drone.
“Ini salah satu keunggulannya, kami juga mengembangkan teknologi tinggi di drone. Kalau dua (ilmu) ini dapat, nanti (mahasiswa) lebih gampang mengerjakan tugasnya,” imbuh Diding.
Fakultas Vokasi UMM bahkan memboyong praktik kerja mahasiswa ke kampus 4 yang berlokasi di Jalan Raya Ngijo, Kecamatan Karangploso, Kabupaten Malang, Jawa Timur. Konsep pembelajaran di sana, dinamai ‘Factory Training and Production Collaboration Project’.
Alhasil, suasananya justru lebih serupa bengkel atau pabrik daripada kelas perkuliahan. Implementasi terhadap konsep teaching factory (TEFA). Di sini juga yang membedakan lulusan Ahli Madya dengan Sarjana.
“Kami punya kurikulum dan dudi yang beroperasi di sana. Kami kerja sama dengan dua perusahaan. Satu, tentang otomasi industri CNC. Satu lagi, tentang drone. Kampusnya di Karangploso. Jadi kita sudah niru (contoh) seperti industri,” tuturnya.
Di kampus Karangploso, menjadi ladang praktik sekaligus produksi bagi mahasiswa. Di sana, mahasiswa benar-benar dilibatkan langsung dari hulu ke hilir, mulai dalam proses research and development (RnD) perusahaan, mendesain produk bahkan sampai pemasarannya.
Kebanyakan dari mereka, adalah mahasiswa yang sudah menuntaskan kelas teori di semester satu dan waktunya praktik. “Teori kita sedikit sekali, praktiknya yang banyak. Sehingga mengarah langsung kerja (setelah lulus). Jadi keterampilannya benar-benar diasah,” bebernya.
Diding mengklaim, lulusannya hampir tidak sempat menganggur. Karena, skill yang diperoleh juga dimanfaatkan untuk terjun ke dunia wirausaha. Bukan saja menjadi pekerja industri.
“Alhamdulillah kayaknya tidak ada yang nganggur. Jadi bekerja industri iya, terus nerima perbaikan di rumah. Jadi wirausaha juga iya. Banyak yang seperti itu,” tukasnya.
Baca Juga Berita Tugumalang.id di Google News
Reporter : Feni Yusnia
Editor: Herlianto. A