Malang, Tugumalang.id – Kisah pertemuan Arlan Nugraha dengan sang Ibu, Yeti Rosmayati, di negeri jiran Malaysia mengundang rasa pilu. Pasalnya, pemuda yang kini menjadi mahasiswa di IPB University itu sudah terpisah dengan ibunya selama 7 tahun, sejak 2016 lalu saat dia masih duduk di kelas 3 Madrasah Tsanawiyah.
Pertemuan itu terjadi pada 7 Januari 2024. Menariknya Arlan menggunakan biaya sendiri untuk menemui sang ibu di Malaysia. Dia menabung dari hasil mengikuti lomba-lomba selama di kampus dan hasil selama dia ikut magang.
“Aku sengaja memang menggunakan uang sendiri, nabung dari ikut lomba dan magang di PT Paragon. Karena sekalian aku pengen jalan-jalan di luar negeri,” kata Arlan saat diwawancarai belum lama ini di base camp Aksara, Lebakbulus, Jakarta Selatan.
Cerita yang merenyuhkan hati ini berawal dari kondisi ekonomi keluarga Arlan yang serba berkecukupan. Dia hidup dengan empat saudara, kakaknya bernama Mustika Yuliani (sudah berkeluarga), sementara dua adiknya Niken Tri Apriliya dan M Ajrul Maulana.
Suatu ketika Niken Tri Apriliya mengalami sakit parah. Sang ibu fokus menanganinya dengan menitipkan M Ajrul Maulana ke saudaranya. Namun, takdir hidup tak ada yang tahu. Niken meninggal dunia. Sejak itu, kondisi ekonomi keluarga Arlan semakin buruk, karena semua dihabiskan untuk perawatan sang adik.
“Setelah adik meninggal ibu berusaha menjual cilok dan makanan ringan di Bandung,” cerita Arlan.
Baca Juga: Meriahnya Lomba Stand Up Comedy Jelang Haul Gus Dur ke-14
Sang ibu sangat sibuk, sehingga adiknya M Ajrul tidak terurus dengan baik. Pagi-pagi buta Yeti Rosmayati harus berangkat jualan. Siang pulang untuk membeli bahan-bahan yang mau dijual besoknya. Malam hari mulai bekerja membuat dagangannya. “Kalau malam itu anak-anaknya kadang bantu juga,” kata Arlan.
Meski sudah bekerja sekuat tenaga, namun ekonomi keluarga belum membaik. Keluarga Arlan juga belum memiliki rumah, mereka harus ngontrak dan numpang. Sejak itulah sang ibu memutuskan untuk mengadu nasib ke Malaysia. “Saat ibu berangkat ke Malaysia, aku kelas 3 SMP (MTs Al Ihsan Batujajar),” katanya.
Arlan kemudian melanjutkan sekolah ke MAN Cimahi, dan lulus pada tahun 2020. Dia mencoba mendaftar kuliah di beberapa kampus, termasuk di ITB Bandung. Tetapi takdirnya menjadi mahasiswa jurusan manajemen di IPB University. “Saat mau kuliah, ada yang bilang untuk apa kuliah kan belum punya rumah, mending uang kuliahnya dibuat beli rumah,” katanya menceritakan omelan tetangga.
Namun Arlan tak pernah patah arang dengan ucapan-upatan pedas tetangga itu. Selama kuliah di IPB untungnya Arlan memperoleh beasiswa Bidikmisi. Sehingga setiap bulan dia mendapat uang saku sebesar Rp700 ribu. “Tetapi sebetulnya, tidak logis uang segitu untuk hidup sebulan di Bogor, untuk biaya makan dan ngeprint saja sudah tidak cukup,” kata dia.
Namun dia tidak pernah menyerah dengan keadaan, sampai dia bertemu dengan suatu komunitas bernama Pondok Inspirasi. Di situ dia bergabung, dan bisa tinggal di pondokannya dengan tanpa membayar. “Tinggal di Pondasi tidak membayar itu mengurangi beban biaya juga. Selain itu, aku juga bisa belajar banyak di sana, mulai tulis menulis, desain dan seterusnya,” kata dia.
Baca JUga: Pondok Inspirasi, Soka Innovation Lab dan Paragon Corp Gelar Pelatihan Coaching Eksklusif, Siapkan Coach Muda Masa Depan
Saat Arlan duduk di semester 3, sang ibu sempat pulang selama seminggu saja. Tetapi pertemuannya dengan ibu sangat singkat karena dia harus kuliah di Bogor. Sejak itulah, dia punya tekad untuk bisa menemui sang ibu di Malaysia dengan biaya sendiri. Arlan mulai menabung dari hasil lomba yang sering diikuti.
Setiap kali menang lomba, maka hasilnya dia tabung untuk disiapkan menemui ibu di Malaysia. Menurut ceritanya, dia sudah mengikuti sebanyak 15 kali lomba ilmiah, dan selalu masuk dalam 3 besar. “Kalau lomba itu tim, biasanya dapat Rp 3 juta, maka kami bagi bertiga dengan tim,” kata bagian research dan product development di Ruber bagian dari Pondasi itu.
Selain itu, dia berkesempatan untuk magang di PT Paragon selama enam bulan. Di situ Arlan juga mendapat uang tambahan lumayan untuk ke Malaysia. Hingga akhirnya setelah dirasa cukup pada 7 Januari 2024 dia menemui sang ibu di Malaysia. “Sebelum ke Malaysia, aku sempat mampir di Singapura, lalu naik bus ke Johor tempat ibu bekerja,” kata mahasiswa semester delapan itu.
Yeti Rosmayati sendiri di Malaysia bekerja sebagai juru masak di sebuah rumah makan milik keluarga Aceh dan Melayu. Dalam pertemuan itu, Arlan meminta ibunya pulang ke Bandung.
“Saat aku bertemu ibu, saya ajak dia untuk pulang. Karena adik sangat butuh sosok ibu. Kemudian sebentar lagi aku juga sudah mau wisuda. Aku mungkin bisa membantu dia dengan bekerja part time,” katanya.
Mendengar permintaan Arlan, Yeti hanya bisa menunduk dan sedih menyadari keadaannya. Dia sadar bahwa kondisinya belum memungkinkan. Lebih-lebih, Arlan dan keluarga punya cita-cita memiliki rumah sendiri.
“Kami itu punya cita-cita besar ingin punya rumah sendiri, meski cuma sepetak yang penting riil punya sendiri,” kata dia tegar.
Namun demikian, Arlan sangat berharap di momen wisudanya nanti, sang ibu bisa pulang menemani dia. Saat ini, dia sedang mengerjakan skripsi dan diharapkan pada tahun 2024 ini bisa menamatkan pendidikan sarjananya.
Pasca-wisuda dia berharap bisa langsung bekerja atau berkarier secara profesional di bidang marketing. “Jadi rencananya setelah lulus kuliah ingin kerja di corporate sebagai marketing,” pungkasnya.
BACA JUGA: Berita tugumalang.id di Google News
Reporter: Herlianto. A
editor: jatmiko