MALANG, Tugumalang.id —Badan Kesatuan Bangsa dan Politik (Bakesbangpol) Kota Malang gelar Sosialisasi Pencegahan Radikalisme dalam Menjaga Stabilitas Keamanan dan Kewaspadaan Nasional di Kota Malang. Dalam kesempatan itu, Wali Kota Malang, Drs. H. Sutiaji mengajak seluruh pihak menciptakan stabilitas keamanan nasional dengan penguatan dialog antar masyarakat.
Kegiatan yang bertempat di Ruang Sidang Balaikota Malang itu juga dihadiri oleh Kepala Bakesbangpol Kota Malang, Dra. Rinawati, M.M, Dandim 0833/Kota Malang, Letkol Kav. Heru Wibowo Sofa, S.H., M. Han, Kapolresta Malang Kota, Kombes Pol. Budi Hermanto, S.I.K, M.Si.
Bakesbangpol juga turut mengundang Tenaga Ahli Pencegahan Radikalisme, Ekstrimisme, dan Terorisme, Islah Bahrawi sebagai pemateri. Perserta sosialisasi yang diundang berjumlah 80 orang, terdiri dari perwakilan okoh agama dan tokoh masyarakat Kota malang.
Mengawali acara, Kepala Bakesbangpol Kota Malang, Rinawati, menyampaikan laporannya. Ia menjelaskan, acara ini tak lain sebagai tindak lanjut dari pencegahan radikalisme di Jawa Timur yang sebelumnya telah dibahas oleh Gubernur Jawa Timur, Khififah Indar Parawansa. Agenda sosialisasi ini diupayakan sebagai bentuk menjaga keamanan dan kewaspadaan terhadap paham radikalisme dan terorisme di Jatim, khususnya Kota Malang.
“Kami sampaikan hasil dari rakor (rapat koordinasi). Yang pertama, perlu ditingkatkan kewaspadaan terkait adanya paham radikalisme di Jawa Timur. Selain itu juga, meningkatnya konflik perguruan silat, angka kriminalitas, serta peredaran narkoba di Jawa Timur. Yang ketiga, langkah-langkah pencegahan thd radikalisme harus segera dilaksanakan di Jawa Timur, terutama wilayah yang terindikasi berkembangnya radikalisme,” paparnya.
Sehubungan dengan hal tersebut, perlu dilakukan langkah-langkah pencegahan radikalisme dan penjagaan keamanan nasional untuk menjaga kondusifitas Kota Malang.
“Yang pertama, peningkatan pemahaman keada masyarakat terkait dengan intoleransi dan nilai-nilai kebangsaan. Yang kedua, peningkatan kewaspadaan pelaksanaan kajian-kajian yang menghadirkan tokoh-tokoh yang memiliki kecenderungan memecah belah. Yang ketiga, kelompok teror yang menyebarkan radikalisme di lingkungan pendidikan,” lanjut Rina.
Sementara itu, Wali Kota Malang, Sutiaji, hadir memberikan arahan terkait hal tersebut. Ia mengatakan, dikabarkan bahwa ditengarai muncul 400 orang yang terpapar paham radikalisme di Kota Malang. Sutiaji mengatakan bahwa sejak dulu Malang memiliki lingkungan sosial yang kondusif bagi umat beragama. Hal ini menjadikan Kota Malang kerap menjadi barometer toleransi nasional.
Namun, banyak orang berdatangan dari segala penjuru daerah dan membawa bermacam-macam paham dan budaya. Tak hanya yang positif, tetapi juga yang negatif.
“Ketika silaturahim ada berita macam-macam yang mengindikasikan hal negatif. Ini akan ditumpangi oleh orang-orang yang tidak mau kemapanan. Semua orang di Indonesia wajib dilindungi dengan agama dan kepercayaannya masing-masing. Negara Indonesia, negara kita ini, adalah milik bersama dan dibingkai dalam Bhineka Tunggal Ika. Malang merupakan miniaturnya negara Indonesia, bahkan lebih dari seratus negara mengirim mahasiswa asing ke Malang,” terang Sutiaji.
Wali Kota Malang menegaskan, siapapun yang membawa ketidakamanan dan menciptakan membawa ketidakkondusifan adalah musuh bersama. Ia juga menyampaikan bahwa tujuan demokrasi adalah membangun stabilitas keamanan nasional.
“Terakhir, mari kita terus kuatkan ruang-ruang dialog dan silaturahim intra dan antar umat beragama serta antar kelompok masyarakat agar tidak terjadi kesalahpahaman,” pungkasnya.
Reporter: Shinta Alifia
editor: jatmiko