Tugumalang.id – Kekayaan alam di Kabupaten Malang memang tidak perlu dipertanyakan. Selain hamparan pantai yang indah, sumber mata air yang jernih, dan air terjun yang elok, Kabupaten Malang juga memiliki hutan bambu yang bisa menyegarkan pikiran para pengunjung.
Kawasan hutan bambu bernama Boon Pring ini terletak di Desa Sanankerto, Kecamatan Turen, Kabupaten Malang. 115 jenis bambu dari berbagai daerah tumbuh di lahan seluas 36,8 hektare ini.
Di tahun 2014, Boon Pring hanyalah kawasan kebun bambu yang mengitari bendungan irigasi. Saat itu, di sana hanya terdapat lima jenis bambu yakni bambu jawa, bambu apus, bambu petung, bambu ori, dan bambu ampel.

Dalam waktu delapan tahun, Boon Pring bisa menambah hingga 110 jenis bambu dan mengembangkannya menjadi arboretum bambu yang dikunjungi ribuan wisatawan setiap harinya.
Untuk mengumpulkan 115 jenis bambu itu tidaklah mudah. Kepala Desa Sanankerto, M Subur mengatakan ia bekerja sama dengan berbagai pihak untuk menambah koleksi bambu di Boon Pring.
“Kami bekerja sama dengan balai DAS Brantas, dengan Profesor Elizabeth seorang pakar bambu, dengan Universitas Udayana, dan komunitas bambu,” ujar Subur, beberapa waktu lalu.

Berkat kerja sama tersebut, Subur bisa mendapatkan bambu-bambu yang berasal dari daerah lain di Indonesia, termasuk Bali dan Madura. Bahkan ia juga mendapat bambu yang berasal dari luar negeri meskipun jumlahnya tak terlalu banyak.
“Ada jenis yang dari India dan Cina, tapi cuma sedikit. Kebanyakan dari Indonesia. Di Indonesia saja ada 150 jenis bambu,” kata Subur.
Biasanya bambu ia dapat dengan cara barter atau membeli. “Jadi kalau ada komunitas bambu daerah mana punya bambu jenis apa, kami barter atau kami beli,” imbuhnya.

Bambu sendiri adalah tanaman yang kuat dan tahan kondisi cuaca apapun. “Asalkan nggak di pantai, dia cocok. Bisa hidup,” kata Subur.
Selain koleksi bambu yang kaya, Boon Pring juga memiliki wahana seru bagi pengunjung di antaranya kolam renang, perahu, flying fox, mainan bola air, berkuda, ATV, dan sebagainya.
Salah satu keunikan Boon Pring yang membuat pengunjung terus datang adalah di wilayah ini pengunjung boleh membawa makanan dari luar.

Kebanyakan mereka akan menghamparkan tikar di bawah rumpun bambu dan berpiknik bersama keluarga sambil menyantap makanan yang mereka bawa dari rumah. Ini menjadikan Boon Pring sebagai wisata yang murah dan ramah pada pengunjung.
Subur mengakui, tenant-tenant pedagang sempat protes dengan kebijakan tersebut. Namun ia berhasil meyakinkan mereka bahwa bisnis mereka akan tetap laris.
“Kami memberi pengertian pada pedagang bahwa dengan mengizinkan pengunjung membawa makanan sendiri bukan berarti pendapatan mereka akan berkurang. Justru tempat ini akan semakin ramai sehingga dagangan merekapun akan tetap laris,” tutur Subur.
Menurut pantauan tugumalang.id, pasar kuliner di Boon Pring cukup ramai. Banyak pengunjung yang menikmati ragam makanan dan minuman yang mereka beli di sana.
Ke depannya, Subur berencana mengembangkan Boon Pring sehingga memiliki lebih banyak wahana, lebih banyak koleksi bambu, dan tempat peristirahatan yang nyaman.
Ia bercita-cita Boon Pring memiliki 150 jenis bambu. “Saya yakin, jika ada 150 jenis bambu, ini akan menjadi arboretum bambu terbesar di Indonesia,” ujarnya.
Boon Pring buka setiap hari pukul 08.00-16.00 WIB. Harga tiketnya cukup terjangkau yaitu Rp 10 ribu untuk orang dewasa dan Rp 5 ribu untuk anak-anak.
Reporter: Aisyah Nawangsari
Editor: Lizya Kristanti
—
Terima kasih sudah membaca artikel kami. Ikuti media sosial kami yakni Instagram @tugumalangid , Facebook Tugu Malang ID ,
Youtube Tugu Malang ID , dan Twitter @tugumalang_id