Tugumalang.id – Ketua Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) Republik Indonesia, Komjen Pol Dr Boy Rafli Amar MH mengatakan bahwa misi terorisme bukan misi agama. Melainkan, terorisme adalah identitas yang justru merupakan sebuah tindakan pendzoliman terhadap agama.
Gagasan tersebut diutarakan dalam Silaturahmi Kebangsaan ke Universitas Brawijaya (UB) dalam rangka mencegah paham radikal di kampus.
“Virus intoleransi tidak kalah cepatnya menyebar seperti virus COVID-19. Maka kita memerlukan vaksin terhadap virus intoleransi. Mari kita perkuat wawasan kebangsaan kita. Kita perkuat program-program moderasi beragama,” ajaknya.
Dia juga menjelaskan tentang visi misi dan tugas pokok BNPT sesuai Undang-undang No 5 tahun 2018. Selain itu, untuk menunjang eksistensi keberadaan pelaku terorisme, media sosial menjadi salah satu tempat yang paling sering dimanfaatkan.
“Apa peran media? karena terorisme sangat berkepentingan dengan media terutama media sosial. Dia butuh pengakuan. Menimbulkan ketakutan yang luas melalui media sosial. Dia ingin eksistensinya diakui orang,” jelasnya.
Mantan Kadivhumas Polri tersebut menambahkan bahwa media sosial menjadi salah satu alternatif paling diminati. Hal ini karena 60 persen dari penduduk Indonesia merupakan pengguna media sosial dan di antaranya merupakan remaja atau generasi muda.
“Oleh karena itu, perlu ditanamkan secara kuat kepada generasi muda terutama mahasiswa penerapan nilai-nilai Pancasila. Kita berharap generasi muda tidak mengalami disorientasi terhadap nilai-nilai pancasila,” katanya.
Selain menanamkan nilai-nilai Pancasila, arah kebijakan BNPT adalah meningkatkan moderasi beragama. “Kami mengajak semua pihak untuk meningkatkan moderasi dalam beragama. Dalam prinsip-prinsip beragama kami bekerja sama dengan organisasi Islam seperti Muhammadiyah dan NU, dan termasuk pemuka agama lain. Kami tidak ingin teroris mengatasnamakan misi agama yang memang sengaja dihembuskan kelompok-kelompok tertentu,” tandasnya.
Wakil Rektor V UB, Dr Bambang Susilo MSc Agr menambahkan bahwa pendidikan muatan lokal di sekolah bisa menjadi model pencegahan terorisme.
“Dulu ketika sekitar tahun 1981 saya masih duduk di bangku sekolah juga sudah mulai muncul radikalisme. Namun saya tidak ikut masuk ke dalam hal tersebut karena saya sukanya sama wayang. Hal-hal yang bermuatan lokal bisa jadi modal untuk mencegah terorisme,” ujarnya.
Sebab itu, Bambang berharap kerja sama UB dengan BNPT tidak hanya sebatas pada pencegahan saja, melainkan berkembang ke ranah pendidikan dan penelitian.
Reporter: Feni Yusnia
Editor: Lizya Kristanti
—
Terima kasih sudah membaca artikel kami. Ikuti media sosial kami yakni Instagram @tugumalangid , Facebook Tugu Malang ID ,
Youtube Tugu Malang ID , dan Twitter @tugumalang_id