Tugumalang.id – Jelang waktu berbuka puasa, tak ada salahnya untuk berjalan-jalan ke Alun-alun Kota Batu untuk berburu takjil. Dari sekian banyak pilihan yang ada di sana, Es Campur Pak Said bisa menjadi menu takjil yang tidak boleh dilewatkan.
Eksistensi Es Campur Pak Said sudah kondang namanya di Kota Batu. Bahkan tergolong sebagai kuliner legendaris. Pak Said atau Muhammad Said sudah berjualan es campur sejak 1954. Kini usianya sudah 84 tahun tapi tangannya masih cekatan melayani para langganan.
Dulunya, Pak Said berjualan keliling. Namun kini sudah jualan menetap di Gang Kauman, sebelah barat Masjid An Nur Alun-alun Kota Batu. Keunikan es campur tradisional bisa dilihat dari kandungan gula apa yang dipakai.

Indikatornya bisa dilihat dari hewan serangga lebah. Ya, di Pak Said anda akan menjumpai sensasi dikerubung lebah karena memang gula yang dipakai di sini adalah gula asli.
Semangkuk es campur yang disajikan Pak Said juga sederhana saja, namun komplit. Mulai agar-agar, tape, ketan hitam, kacang hijau, kolang-kaling, mutiara, hingga roti.
Es campur Pak Said tampak lebih menggairahkan saat melihat serutan es yang menggunung dengan siraman sirup dan susu kental manisnya. Segar sekali rasanya diseruput saat sedang terik dan panas-panasnya.

”Sejak dulu ya saya jualan es, ya kayak begini. Gak banyak yang berubah. Alhamdulillah tetap sehat dan masih bisa jualan sampai sekarang,” ucap Pak Said, sembari memasrah es dengan teknik manualnya, pada Kamis (14/4/2022).
Langganan Pak Said terdiri dari banyak kalangan mulai tua, muda, hingga anak-anak. Dari warga sekitar bahkan dari luar kota. Bahkan langganannya yang dulu masih anak-anak namun sekarang sudah di luar negeri masih ingat kepadanya.
”Kadang mereka pas pulang ya nyempetin ke sini. Nanya kabar sambil cerita-cerita masa dulu. Ada langganan dulu masih SMP, sering saya kasih es. Sekarang udah kerja di Australia,” kata dia.
Bahkan, Pak Said juga punya kenangan membekas dengan mantan Wali Kota Batu, Edy Rumpoko yang kini masih menjalani masa tahanan akibat kasus korupsi.
Kata dia, pria yang akrab disapa ER itu dulunya juga sering nongkrong minum es campur bikinannya. ”Kalau dulu ke sini ya sembunyi mojok di kursi sini. Kadang sampe malem cangkruk sini,” kisah dia.
Pak Said cerita kalau dia bahkan sudah mulai jualan es ini sejak umur 16 tahun. Dulu, dia masih sehat bugar berjualan untuk mencukupi kebutuhan keluarganya. Dan bertahan hingga sekarang.
Karena usianya yang sudah senja, dirinya kini sudah tak lagi mematok target penghasilan. Kadang dia juga banyak menggratiskan pengunjung, apalagi anak-anak sekolah.
”Dulu awal jual harganya ya sekitar 50 sen. Terus berubah-ubah sampai sekarang tetap di harga Rp 5 ribu. Kalau misal ada anak-anak pulang sekolah cuma bawa Rp 2-3 ribu gak papa, malah kadang saya gratisi,” kata dia.
Reporter: Ulul Azmy
Editor: Lizya Kristanti
—
Terima kasih sudah membaca artikel kami. Ikuti media sosial kami yakni Instagram @tugumalangid , Facebook Tugu Malang ID ,
Youtube Tugu Malang ID , dan Twitter @tugumalang_id