MALANG, Tugumalang – Kantor Perwakilan Bank Indonesia Malang merilis data inflasi bulan Oktober 2022. Kota Malang tercatat mengalami deflasi akibat tren penurunan harga komoditas pangan. Salah satunya, karena penurunan harga komoditas cabai rawit sebesar -0,07 persen (mtm).
Selain cabai rawit, ada pula daging ayam ras -0,06 persen (mtm), telur ayam ras -0,05 persen (mtm), angkutan udara -0,04 persen (mtm) dan cabai merah -0,03 persen (mtm)
“Deflasi pada cabai rawit dan cabai merah sejalan dengan pasokan yang melimpah di tengah terjadinya musim panen di berbagai sentra produksi,” ujar Plh Kepala Perwakilan Bank Indonesia Malang, Doddi Sartono.
Untuk harga telur ayam ras di wilayah Kota Malang, tambah Doddi, turut mengalami penurunan akibat telur breeding yang dijual ke pasar menambah pasokan telur.
Sedangkan, penurunan harga daging ayam ras disebabkan oleh over populasi yang melebihi daya serap pasar.
Kemudian, penurunan tarif angkutan udara sejalan dengan adanya kebijakan Pemerintah yang menggratiskan tarif Pendapatan Negara Bukan Pajak (PNBP) untuk jasa pendaratan, penempatan, dan penyimpanan pesawat udara di hingga 31 Desember 2022.
Sebelumnya, dipaparkan Doddy, mengacu data Badan Pusat Statistik (BPS), Indeks Harga Konsumen (IHK) Kota Malang pada bulan September 2022 mengalami deflasi sebesar -0,11 persen(mtm), sementara secara tahun kalender dan tahunan tercatat mengalami inflasi masing-masing sebesar 5,72 persen (ytd) dan 6,76 persen (yoy).
“Inflasi tahunan Kota Malang masih relatif tinggi dan di atas kisaran target inflasi 3±1 persen. Meskipun demikian, secara bulanan inflasi Kota Malang tercatat lebih rendah dari Jawa Timur yang mengalami inflasi sebesar 0,04% (mtm) dan setara dengan Nasional sebesar -0,11% (mtm),” sambungnya.
Secara garis besar, tambah dia, deflasi periode Oktober 2022 didorong oleh penurunan harga yang terjadi di kelompok makanan, minuman dan tembakau dengan andil -0,19 persen (mtm).
Dimana, deflasi yang lebih dalam tertahan oleh inflasi pada kelompok penyediaan makanan dan minuman/restoran dengan andil 0,06 persen (mtm), transportasi 0,02 persen (mtm), disusul kelompok perlengkapan, peralatan dan pemeliharaan rutin rumah tangga 0,01 persen (mtm).
Perihal komoditas lainnya yang menyebabkan deflasi, masih kata Doddy, juga dipicu oleh kenaikan harga pada komoditas bensin dengan andil 0,03 persen (mtm), minyak goreng 0,02 persen (mtm), mie 0,02 persen (mtm), tahu mentah 0,02 persen (mtm), dan tarif kendaraan roda 2 online 0,02 persen (mtm).
“Kenaikan komoditas bensin terjadi pasca penyesuaian harga Pertalite, Solar Subsidi dan Pertamax. Kenaikan harga BBM berdampak pada terjadinya second-round effect terutama pada tarif kendaraan roda 2 online,” terang dia.
Terlebih, kenaikan harga minyak goreng disebabkan oleh kenaikan harga minyak goreng curah di tingkat pemasok pasar induk. Sementara kenaikan harga tahu mentah seiring kenaikan harga kedelai yang menjadi komoditas impor di tengah menguatnya mata uang USD.
Dengan perkembangan tersebut, Bank Indonesia memandang inflasi tahun 2022 akan lebih rendah dibandingkan dengan prakiraan awal, meski masih di atas sasaran 3,0±1 persen.
“Sinergi kebijakan antara Pemerintah Pusat dan Daerah dengan Bank Indonesia akan terus diperkuat untuk memastikan inflasi agar segera kembali ke sasaran yang telah ditetapkan,” tukasnya.
Reporter: Feni Yusnia
editor: jatmiko