KOTA MALANG, Tugumalang.id – SMKN 2 Malang menggelar koordinasi Teaching Factory (Tefa) Skema Pengimbasan sebagai upaya pengembangan pembelajaran berbasis industri pada Selasa (20/8/2024). Kegiatan itu menghadirkan sejumlah industri dan sekolah jejaring.
Wakil Kepala Sekolah Bidang Kurikulum SMKN 2 Malang, Zulqoidah, menjelaskan bahwa SMKN 2 Malang mulai didorong untuk mengimbaskan atau menularkan program Tefa kepada sekolah jejaring.
Ada 2 kompetensi keahlian yang difokuskan SMKN 2 Malang yakni kuliner dan keperawatan.
Baca Juga: Hadirkan Wali Murid, SMKN 2 Malang Kenalkan Program Go International
“Karena program ini untuk pengimbasan, maka kami mengajak sekolah jejaring kami untuk bersama-sama belajar membuat perangkat pembelajaran terkait dengan teaching factory,” ujarnya.
Setidaknya ada 5 SMK jejaring yang dilibatkan dalam koordinasi pengembangan Tefa skema pengimbasan ini.
Kemudian juga ada sejumlah mitra industri baik dari SMKN 2 Malang maupun mitra dari SMK jejaring untuk mendesain pembelajaran Tefa.
Selain sebagai model pembelajaran, Tefa juga diaplikasikan dalam unit usaha yang dapat dimanfaatkan para siswa untuk belajar menatap dunia industri.
Sebab, siswa saat ini tak cukup hanya belajar kompetensi di kelas atau laboratorium. Namun juga perlu didorong untuk langsung menghadapi konsumen atau klien industri.
Baca Juga: SMKN 2 Malang Sosialisasikan Kerja di Luar Negeri, Singgung Mata Pelajaran Pilihan 5 Bahasa
“Jadi mental siswa diharapkan akan lebih terbentuk. Artinya, konsep pembelajaran saat ini lebih berkembang. Dulu kan belajar biasanya membaca, menyimak dan lainnya. Nah sekarang SMK harus menghasilkan siswa yang benar-benar terampil dengan simulasi dan mengahadapi klien,” jelasnya.
Melalui unit kompetensi kuliner yakni kafe yang ada di SMKN 2 Malang, para siswa juga bisa belajar melayani konsumen, memeroduksi kuliner untuk permintaan perhotelan hingga event.
Kemudian di unit kompetensi keperawatan yakni care giver yang ada di SMKN 2 Malang, para siswa bisa belajar menghadapi klien baik di daycare maupun homecare.
“Di 2 unit itu, kami mendorong siswa untuk punya karakter dan budaya kerja. Kalau kompetensi kan bisa dipelajari di kelas atau laboratorium. Tapi budaya kerja kan perlu menghadapi konsumen. Apalagi ini memang hal yang dibutuhkan industri,” ujarnya.
Wakil Kepala Sekolah Bidang Humas SMKN 2 Malang, Eviatun Khaeriah, menambahkan bahwa SMKN 2 Malang memang merupakan salah satu penerima bantuan pemerintah melalui program Tefa skema Pengimbasan.
“Kebetulan kami sudah 3 tahun ini, sebagai SMK pusat keunggulan. Jadi saat ini kami menggencarkan program Tefa skema pengimbasan,” ungkapnya.
Pelibatan industri dalam koordinasi Tefa skema pengimbasan ini menurutnya untuk menggali kebutuhan industri, budaya kerja industri, standar standar industri hingga menjadi konsultan dalam mengembangkan Tefa di SMK.
“Sehingga, nanti sekolah bisa mencetak siswa terampil dan memiliki karakter budaya kerja industri,” ucapnya.
Selain Tefa dengan unit kuliner dan keperawatan, SMKN 2 Malang juga sudah memiliki unit Tefa lain seperti travel hingga perhotelan.
Unit unit ini menurutnya juga sudah berjalan dengan baik dan menjadi wadah pembelajaran siswa untuk mempraktikkan budaya kerja sebelum memasuki dunia industri.
Dia berharap SMK-SMK lain juga bisa memiliki unit-unit Tefa dalam menghasilkan siswa yang berkarakter dan berbudaya industri.
“Harapan guru itu normatif sebenarnya, apapun yang dilakukan, itu ujung-ujungnya sebenarnya untuk siswa. Jadi kami memersiapkan siswa agar siap melanjutkan hidup sesuai perkembangan zaman. Kalau sistem pembelajarannya baik, tentu nanti akan menghasilkan anak-anak yang berkualitas,” ujarnya.
Sementara itu, GM UB Coffe, Ali Ahsan, sebagai mitra industri menyampaikan bahwa industri saat ini memang butuh terobosan-terobosan seperti program teaching factory. Hal ini penting untuk menyesuaikan kurikulum sekolah yang sesuai dengan kebutuhan industri.
“Program Tefa ini cukup positif. Tinggal bagaimana bisa melebar atau diperluas ke sekolah-sekolah lain. Karena setahu saya program ini ada, tapi belum merata,” ujarnya.
Sebagai pelaku industri, Ali menyampaikan bahwa siswa dari SMK yang menerapkan program Tefa sudah memiliki skill yang lebih baik.
Dengan demikian, industri tak akan memakan banyak waktu maupun biaya dalam mematangkan kualitas SDM yang benar-benar dibutuhkan industri.
“Jadi mereka sudah punya skill. Tinggal memerkuat profesionalitas yang akan membentuk mental yang baik. Kalau itu sudah tertempa, mereka bisa ke mana saja, bahkan bisa punya usaha sendiri,” tandasnya.
Baca Juga Berita Tugumalang.id di Google News
Reporter: M Sholeh
Editor: Herlianto. A