MALANG, Tugumalang.id – Memiliki kepedulian terhadap anak berkebutuhan khusus seperti menjadi jalan hidup bagi seorang Dr. Ruwinah Abdul Karim. Perempuan asal Malaysia yang kini menjabat sebagai Clinical Director Penawar Special Learning Centre (PSLC) Malaysia itu membagikan pengalamannya berkecimpung mengedukasi orang tua yang memiliki anak berkebutuhan khusus atau autism.
Cerita tersebut diutarakan Ruwinah saat menjadi narasumber event Tugu Inspirasi Talks dengan tema “Seni Menjadi Bahagia di Tengah Kompleksitas Hidup” yang diselenggarakan oleh Tugu Media Group (Tugumalang.id dan Tugujatim.id) pada tanggal 16 Juli 2024 lalu.
Dari pengalamannya berjumpa dengan beberapa pasien yang memiliki anak berkebutuhan khusus. Ruwinah mengaku memetik pelajaran berharga akan pentingnya rasa syukur dari ketetapan yang telah diberikan oleh Sang Maha Kuasa.
Baca Juga: Pj Wali Kota Batu Dukung Pemberdayaan Anak Berkebutuhan Khusus
Memang tidak semua pasiennya menerima begitu saja takdir diberi anak dengan berkebutuhan khusus. Tetapi kisah lain datang dari pasien yang tetap memiliki keluarga bahagia walaupun harus menerima keadaan bahwa anak mereka berkebutuhan khusus.
Ruwinah menyebut penerimaan akan segala ketetapan yang diberikan oleh Allah SWT adalah kunci kebahagiaan dari keluarga pasien tersebut. Penerimaan itulah yang menurutnya dapat diterapkan di kehidupan sehari-hari dalam menghadapi kompleksitas hidup.
“Ada orang tua yang anaknya berkebutuhan khusus tetapi bahagia karena kuncinya menerima seadanya. Kita harus tau di dalam dunia ini kita punya ujian, punya cobaan sendiri-sendiri,” tutur perempuan yang akrab disapa Wina itu.
“Allah tidak akan membebankan seseorang melebihi kemampuan kita karena Allah tidak akan memberikan semua kebaikan dengan tidak ada kekurangan, tetapi dia memberikannya secara balance atau seimbang,” bebernya.
“Ada satu statement, kalau mau bahagia jangan pernah berpikir tentang yang sudah terjadi. Jangan juga berpikir ke depan yang berlebihan nanti malah kalau-kalau (khawatir) dan terlalu banyak kalau akan membuat kita stres dan sakit hati,” imbuh Ruwinah.
Baca Juga: Grand Mercure Malang Mirama X Yayasan Ananda Mutiara Indonesia Gelar Khitan Ceria Anak Berkebutuhan Khusus
Ruwinah yang mendapatkan gelar Doctor of Philosophy (Ph.D) di bidang Social Science and Education, Universiti Teknologi Malaysia (UTM) itu menceritakan dedikasinya dalam bekerja. Begitu menikmati pekerjaannya yang berbagi kisah dengan pasien yang memiliki anak berkebutuhan khusus dan selalu memberikan pertolongan bagi mereka yang tengah mencari solusi dari permasalahan yang dihadapi.
Membuat Ruwinah terkadang suka lupa waktu dan merasa ikhlas menjalani pekerjaannya saat ini. Ia juga tidak merasa mendapatkan tekanan dari rutinitas pekerjaan tersebut karena meyakini bahwa dirinya bisa mengendalikan setiap masalah termasuk tekanan dan rasa bosan terhadap pekerjaan.
“Saya bekerja di private hospital, Malaysia. Soal pekerjaan di Malaysia sama seperti di Jepang, kami sistem kerjanya sama. Kadang-kadang bekerja dari pagi sampai malam setiap hari. Saya bekerja seperti itu selama dua tahun,” ungkapnya.
“Selama dua tahun saya bekerja dari 8 pagi sampai 10 malam dan itu saya tidak ada libur, hari minggu saya bekerja dan hari libur saya juga tetap bekerja,” lanjut Ruwinah.
Saking melihat rutinitas Ruwinah yang begitu menikmati rutinitas pekerjaan. Orang-orang disekitarnya sempat menyarankan untuk mengambil cuti dan berhenti sejenak dari pekerjaan mengedukasi pasien dengan anak berkebutuhan khusus.
Tetapi ia menolaknya, karena Ruwinah merasa bekerja adalah panggilan hati dan begitu menikmatinya.
“Orang-orang di sekeliling saya bilang dokter ini tidak ada kehidupan (seimbang), dokter ini hidupnya suram sekali, dokter ini hidupnya tidak punya perasaan, dokter tidak happy. Tetapi untuk sampai saat ini, alhamdulillah saya sudah tau apa yang akan saya lalui karena menyukai pekerjaan saya ini. Bagi saya tidak apa-apa dan tidak pernah menampakkan (pekerjaan) itu sebagai suatu tekanan kepada saya,” tuturnya.
Bagi Ruwinah orang lain tidak bisa memberi tekanan yang bisa membuat stress tetapi semua tergantung dari penerimaan diri dalam menghadapi setiap tekanan dan masalah.
“Orang lain tidak bisa memberi tekanan yang bisa membuat kita stres. Tetapi semua tergantung kita sendiri dalam menerimanya. Karena dalam hidup ini tidak ada satupun manusia yang tidak stress,” terang Ruwinah.
Di tengah kesibukannya dalam memberikan pelayanan kepada pasien. Ruwinah jua aktif melakukan kolaborasi riset dan juga publikasi karya ilmiah seputar penanganan anak berkebutuhan khusus. Tidak hanya berkolaborasi riset dengan perguruan tinggi di Malaysia, Ruwinah juga melakukan join riset dengan sejumlah perguruan tinggi di Indonesia dengan Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) dan Universitas Muhammadiyah Jakarta.
Baca Juga Berita Tugumalang.id di Google News
Penulis: Bagus Rachmad Saputra
editor: jatmiko