Tugumalang.id – YouTuber asal Indonesia, Zahid Azmi Ibrahim membagikan kisah inspiratifnya dalam talk show online yang diadakan oleh TED dan Universitas Indonesia.
Sebagai informasi, TED adalah media dari Amerika Serikat yang mengunggah talk show dan konferensi secara online.
Dalam bahasa Inggris yang fasih, Zahid mengatakan bahwa ia pernah membuat keputusan besar untuk berhenti melakukan sesuatu sebanyak tiga kali. Keputusannya itu tak lepas dari cibiran tetangga dan netizen. Namun, ia meyakini bahwa itu bukan jalannya dan ia harus berhenti mengejar hal yang tak lagi ia inginkan.
Dalam satu fase kehidupannya, Zahid mengaku meraih tiga kesuksesan. Pertama, ia menjadi presiden klub debat bahasa Inggris, kemudian memiliki kanal YouTube untuk bermain game dengan lebih dari 100 ribu subscribers, dan kuliah di jurusan Teknik Mesin di perguruan tinggi ternama yakni Institut Teknologi Bandung (ITB).
Pencapaian yang fantastis itu, ia raih di usia yang masih sangat muda. Saat itu, ia menganggap dirinya memiliki masa depan yang gemilang.
“Kerja yang bagus, Zahid. Kamu berada di jalan yang benar sebagai seorang pendepat. Kamu memiliki penonton yang banyak di kanal YouTube milikmu dan sekarang kamu belajar di salah satu universitas terbaik di Indonesia,” ujar Zahid mengekspresikan kepuasan dirinya kala itu.
Namun, itu semua tidak berlangsung lama. Zahid memutuskan untuk berhenti melakukan apa yang awalnya ia anggap sebagai sebuah kesuksesan. “Saya memiliki semua itu. Sampai pada akhirnya saya berhenti,” kata Zahid.
Pertama, ia berhenti dari klub debat bahasa Inggris. Kemudian ia berhenti menjalankan kanal YouTube untuk game-nya. Terakhir, ia mengundurkan diri dari ITB. Semua ia lakukan dengan alasan yang kurang lebih sama yaitu ia tidak lagi menikmati semuanya.
Banyak orang yang menyayangkan keputusan Zahid. Ia sendiri mengaku bahwa membuat keputusan itu tidaklah mudah. Ia juga dihadapkan dengan berbagai dilema.
Zahid menyebut bahwa di masyarakat Indonesia ada budaya malu jika berhenti sehingga banyak orang memaksakan diri untuk terus mengejar sesuatu yang sebenarnya tidak mereka inginkan. Itu semata-mata dilakukan agar tidak dipandang rendah oleh teman, kerabat, dan orang terdekat.
“Awalnya, saya juga merasakan itu. Saya merasa tidak mampu, saya merasa lemah, saya merasa saya ini pecundang,” kata Zahid.
Tak lama, ia menyadari bahwa keputusannya ini sudah tepat. Berhenti melakukan hal-hal yang tidak ia nikmati bukanlah sesuatu yang memalukan. Meski begitu, ia hanya menganjurkan untuk berhenti hanya jika sudah dilakukan analisis dan perbandingan yang masuk akal.
Setelah berhenti dari ketiga pencapaian di atas, Zahid menemukan hal-hal lain yang menarik perhatiannya. Salah satunya adalah belajar di luar negeri.
Mengundurkan diri dari ITB tak lantas membuat Zahid berhenti belajar. Justru itu membuka peluang baginya untuk belajar di Ritsumeikan Asia Pacific University di Jepang.
Kemudian berhenti dari kanal YouTube untuk game juga bukan berarti ia berhenti berkarya. Itu membuatnya bisa lebih fokus mengembangkan kanal YouTube-nya yang saat ini berisi konten-konten edukasi dengan 310 ribu subscribers. Ia juga memenangkan penghargaan YouTube Indonesia’s Best Edutainment Channel in 2021.
Selain itu, ia juga bisa menggunakan waktunya untuk diri sendiri, lari marathon, belajar membuat film dan podcast, serta hal-hal lain yang menarik baginya.
“Pemenang berhenti setiap saat. Mereka berhenti melakukan sesuatu yang tepat di waktu yang tepat. Pemenang cepat berhenti, sering berhenti, dan tanpa rasa bersalah,” kata Zahid, mengutip kalimat Seth Godin di akhir talk show-nya.
Reporter: Aisyah Nawangsari
Editor: Lizya Kristanti
—
Terima kasih sudah membaca artikel kami. Ikuti media sosial kami yakni Instagram @tugumalangid , Facebook Tugu Malang ID ,
Youtube Tugu Malang ID , dan Twitter @tugumalang_id