Tugumalang.id – Salah satu keluarga korban Tragedi Kanjuruhan mengaku masih bingung menjelaskan pertanyaan anaknya soal keberadaan ibunya yang meninggal dunia dalam Tragedi Kanjuruhan.
Pasalnya, meski sudah 3 bulan peristiwa itu berlalu, 2 anak yang masih balita itu belum dikasih tahu keberadaan ibu yang sebenarnya. Dan, mereka hampir setiap hari menangisi dan mencari sang ibu.
Keluarga korban Tragedi Kanjuruhan itu adalah Hari Prasetio (56). Dia mengaku harus berbohong kepada 2 cucunya yakni Yusril (3,5) dan Devan (1,5) yang kerap kali menangis histeris mencari ibunya yaitu Radina (21) yang meninggal dalam Tragedi Kanjuruhan.
Menurutnya, Yusril dan Devan juga kerap tidak mau makan saat mencari ibunya. Bahkan Yusril disebut kerap mengurung diri di kamar hingga marah-marah atau emosi saat diajak komunikasi. Hal itulah yang membuat Hari dengan berat hati memutuskan berbohong demi membujuk mereka.
“Jadi mereka sampai sekarang hampir setiap hari masih tanya mamanya di mana. Saya sampai sering bilang bahwa Mamamu masih kerja,” kata Hari dengan mata berkaca kaca.
Hari mengaku terpaksa berbohong demi kebaikan kedua cucunya. Dia mengatakan kepada kedua cucunya bahwa sang Ibu sedang mencari uang untuk sekolah mereka. Diketahui, Hari harus mengurus kedua cucunya lantaran menantunya atau ayah dari cucunya masih menjalani hukuman pidana.
“Kalau malam sering tanya mama bahkan tidur paling cepat itu jam 12 malam. Sering ngomong sendiri. Bahkan pernah tidak tidur. Pokoknya, harus sering di ajak ngomong, diajak main diselimurno (dibujuk),” bebernya.
Berkeluh Kesah ke DPRD Kota Malang
Kini, Hari bersama beberapa keluarga korban Tragedi Kanjuruhan melakukan pertemuan dengan DPRD Kota Malang pada Selasa (3/1/2022). Dia datang untuk menyampaikan keluh kesah dan aspirasi untuk keadilan anaknya yang meninggal dalam peristiwa 1 Oktober 2022 itu.
Dia berharap DPRD Kota Malang bisa memberikan solusi terutama terkait psikologis kedua cucunya. Dia ingin kedua cucunya mendapat pendampingan psikolog agar bisa melanjutkan tumbuh kembang dengan baik. Dia mengaku sejauh ini kedua cucunya belum mendapat pendampingan psikolog.
“Kalau soal keadilan penegak hukum tentu sudah tahu masalah keadilan. Nanti Allah yang akan memberikan keadilan kalau mereka tidak mengakui perbuatannya,” ucapnya.
“Saran saya sepakbola ke depan, DPRD juga bisa mengawasi jumlah penonton agar tidak melebihi kapasitas. Jangan sampai menyengsarakan rakyat seperti kejadian kemarin,” tandasnya.
Sementara itu, Ketua DPRD Kota Malang, I Made Riandiana Kartika, mengatakan bahwa akan segera menindaklanjuti keluh kesah keluarga korban Tragedi Kanjuruhan tersebut.
“Jadi yang orangtuanya meninggal, anaknya masih kecil itu akan kami limpahkan ke Dinsos. Akan saya laporkan agar jadi perhatian untuk perlindungan ibu dan anak,” jelasnya.
Menurutnya, pemulihan psikologi harus menjadi prioritas untuk keluarga korban. Pihaknya juga akan meminta pihak Polresta Malang Kota menerjunkan tim trauma healing untuk para korban yang masih trauma.
“Kami akan koordinasi dengan Polresta untuk memberikan trauma healing kepada mereka dan dilakukan di rumahnya saja, tanpa mereka datang ke RS atau kantor polisi karena mereka trauma,” tandasnya.
Reporter: M Sholeh
Editor: Herlianto. A